Minggu, 27 Oktober 2013

Aku Mencintaimu Karena Aku Meyakini di dalam Hatimu Selalu Tersimpan Kebahagian Untukku.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Matius 19:6




Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan. Efesus 4:2-5

Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu! 2 Korentus 13:11

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta dan kumenemukannya di dalam dirimu.
Bersandarlah di pundaku sampai kau merasakan kenyamanan, karena sudah keharusan bagiku untuk memberikanmu rasa nyaman.
Ketika mereka bertanya tentang kelemahanku, aku ingin mengatakan bahwa kelemahanku itul adalah kamu. Aku merindukanmu di mana-mana dan aku sanagat mencintaimu.

 Aku tidak akan pernah menjajikan untuk sebuahhal yang manis untukmu, namun aku mau kamu buktikan ketika kamu ada selalu bersama dengan ku.
Aku tercipta dalam waktu, untuk mengisi waktu, selalu memperbaiki diri di setiap waktu, dan semua waktu ku adalah untuk mencintai kamu.
Ketakutan terbesar dalam hidupku bukan kehilanganmu, tapi melihat dirimu kehilangan kebahagiaanmu .

Kasih... Seberat apapun beban yang akan kita hadapi, percayalah akan selalu ada aku yang menemani

Waktu yang mempertemukan kita, waktu yang membuktikan besarnya cinta kita untuk bersama.

aku gak mungkin bisa membaca pikiranmu, tapi satu yg bisa kulakukan: mencintaimu segenap hatiku


Tak perlu menunggu ucapan cinta darimu, perhatian mu dan senyummu sudah cukup membuat ku tau, kau mencintaiku


 Aku MencintaiMu karena tak ada satupun cinta sejati yang aku temukan selain di diri kamu.








Kamis, 24 Oktober 2013

Kekuatan Paradigma

Cerita Dari sahabat

Faisal Raouf


Ada sebuah cerita menarik yang berkisah di sebuah terminal bandara. Saat itu seorang wanita kira-kira berusia kurang dari 25 tahun sementara menunggu pesawat yang jadwalnya mengalami delay. Wanita tersebut cukup cantik dan menarik bagi sebagian besar pria, dan hebatnya wanita tersebut tahu dengan potensi yang dimilikinya. Namun, kali ini kita tidak akan bercerita tentang siapa wanita tersebut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kecantikannya. ;)

Oke, mari kita lanjutkan…
Untuk menemaninya menanti pesawat yang terlambat, maka wanita tersebut memutuskan membeli sebungkus makanan ringan (kue) dan sebuah novel tipis, yah itung-itung membunuh waktu fikirnya. Dia kemudian mencari kursi yang kosong di terminal, dan setelah mendapatkannya, iapun larut dalam bacaannya sambil sesekali tangannya memasukkan kue-kue kecil ke dalam mulutnya.

Tanpa ia sadari, ternyata disebelah kanan tempat ia duduk, ada seorang pria yang…Astaga..!!, tanpa malu-malu memakan kue-kue kecil dari kantong yang sama yang terletak diantara mereka. Lucunya lagi, setiap ia mengambil satu kue, lelaki tersebut mengikuti dengan mengambil satu kue juga dan kemudian tersenyum manis padanya. “Kurang ajar cowok ini, berani-beraninya ia memakan kue milikku, tanpa permisi dan tanpa perasaan bersalah”, fikirnya. Akhirnya tiba waktunya dimana dalam bungkusan tersebut hanya tersisa satu potong kue, ia kemudian menahan keinginannya untuk menghabiskan kue tersebut dan menanti kira-kira apa yang akan dilakukan pria ini. Tanpa ia sangka, pria tersebut mengambil potongan terakhir dari kue yang tersisa, kemudian membaginya menjadi 2 dan menyerahkan potongannya pada wanita tersebut dengan tersenyum manis dan memakan potongan yang satunya lagi.

Dengan rasa jengkel yang memuncak, wanita ini kemudian merampas potongan kue tadi, dan membelalak pada pria tersebut untuk menunjukkan ketidaksenangannya. Untunglah tidak lama setelah itu, pemberitahuan pihak bandara menyatakan bahwa pesawatnya telah tiba dilandasan dan siap melakukan perjalanan berikutnya. Tanpa menunggu waktu wanita ini langsung bergegas pergi meninggalkan tanda tanya di wajah pria misterius tadi.

Didalam pesawat, wanita ini masih menyimpan kejengkelannya dengan beberapa kali menggerutu jika mengingat apa yang barusan ia alami. Dan, seperti lazimnya pesawat sebelum berangkat, diumumkanlah apa yang boleh dan yang tidak boleh, termasuk tidak boleh mengaktifkan handphone selama dalam perjalanan. Wanita ini tersadar dari lamunannya akan kejadian tadi dan langsung merogoh tas kecilnya untuk mematikan HP miliknya. Dan alangkah terkejutnya ia, ketika jari-jarinya seolah memegang sebuah bungkusan yang sepertinya sangat ia kenal dalam tas kecil tersebut. Begitu ia mengangkat tangannya keluar dari tas, ia sangat shoock karena jari-jarinya menggenggam sebuah bungkusan kecil yang didalamnya berisi kue-kue yang baru dibelinya di terminal tadi. Ia tercekat dan kaget.., “bagaimana mungkin?” fikirnya. Setelah ia terjaga dari keterkejutannya, iapun merasa sangat bersalah dengan semua fikiran dan sikap yang telah ia tunjukkan pada pemuda di terminal tadi. Ternyata bukan pemuda itu yang tidak tahu malu, bukan pemuda itu yang kurang ajar, tapi dirinyalah kiranya…

Hehehe.., cukup menarik bukan? Nah apa yang bisa kita cerna dari cerita singkat tersebut diatas..? Apa yang anda fikirkan ketika membaca baris-baris awal pada paragraph pertama cerita tersebut? Yah, mungkin anda mengira kita akan bercerita mengenai wanita tersebut dengan segala pesonanya, ternyata tidak bukan? Kita malah bercerita tentang sebuah kejadian lucu yang melibatkan orang lain. Kemudian apa yang muncul dalam fikiran wanita tersebut sebelum mengetahui bahwa kue yang ia makan ternyata bukanlah miliknya? Scenario dari cerita diatas menggambarkan tentang sebuah PARADIGMA. Wanita dalam cerita kita memiliki paradigma yang tentunya sangat berbeda dengan paradigma yang dimiliki oleh pria disebelahnya, begitu juga setelah wanita tersebut tahu bahwa yang ia makan bukanlah kue miliknya, bagaimana sebuah pergeseran paradigma (paradigm shift) telah terjadi.

Apa sih Paradigma itu..?

Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang artinya pola, model, gambaran atau sesuatu yang mewakili hal lain. Hal ini muncul dari anggapan yang ada didalam benak kita tentang hal-hal disekitar kita. Dan citra dalam fikiran kita tentang realitas yang datang dari latar belakang dan pengalaman kita. Bahasa sederhananya, Paradigma adalah sebuah “peta” yang ada dibenak anda, saya dan kita semua.

Covey dengan bahasanya menyatakan bahwa “Kita senantiasa merasa memandang dunia sebagaimana adanya, padahal sebenarnya kita memandang dunia seperti citra yang kita miliki. Kita proyeksikan kedunia luar, ke lingkungan, pada orang-orang sekitar kita, termasuk pada diri kita sendiri. Kita memproyeksikan latar belakang, pengalaman, anggapan, model, keinginan dan asumsi kita tentang realitas. Dan kita rasa itulah keadaan yang sebenarnya”.

Kita seringkali menggambarkan diri kita, atau sebuah situasi, seolah-olah itulah kenyataan yang ada. Padahal kita menggambarkan diri kita menurut kerangka persepsi, kerangka referensi, pandangan-pandangan kita, juga sistem nilai dan masa lalu kita. Dan kita memproyeksikan semua hal tersebut keluar.

Cerita diatas menggambarkan sebuah paradigma, bahkan oleh andapun yang membacanya, tentu memiliki paradigma yang mungkin sama atau berbeda dengan si wanita tadi. Sebelum kita tiba pada akhir cerita, tentu sebagian dari anda juga memiliki paradigma yang mengatakan bahwa pemuda tersebut kurang ajar, tidak tahu sopan santun, dan mungkin pernyataan negatif lainnya.

Mengapa hal tersebut terjadi? Jawabannya karena inilah paradigma. Pada saat situasi terjadi di terminal tadi, wanita tersebut atau bahkan anda memproyeksikan keluar segala-sesuatu yang anda ketahui berdasar pada pengalaman masa lalu anda, dari persepsi dan kerangka berfikir anda yang memberikan anda kesimpulan bahwa apa yang dilakukan pemuda itu adalah sebuah hal yang salah/ tidak benar, dan wanita tersebut merasa bahwa itulah kenyataan yang sebenarnya. Padahal…?! Tidak selalu demikian bukan?

Paradigma adalah Sumber Perilaku

Paradigma adalah sumber perilaku kita. Kita bersikap dan bertindak juga berdasar pada paradigma yang kita miliki, bahkan keyakinan dan kepercayaan yang membangun diri kita (belief system), juga dibangun dari paradigma. Jika “Peta” yang kita miliki akurat, barulah perilaku dan sikap kita menjadi penting. Begitu pula sebaliknya.

Pernah mendengar cerita dalam sebuah Kereta bawah tanah..?, dimana sekelompok anak berlari memasuki sebuah kereta diikuti oleh Ayahnya. Anak-anak ini berlari kesana kemari, membuat kegaduhan dan sangat mengganggu penumpang lainnya. Paradigma yang ada dalam benak setiap penumpang kemungkinan mempertanyakan hal ini, “Bagaimana sih Ayah anak-anak ini, dia tidak melakukan apapun dan hanya membiarkan anak-anaknya mengganggu orang lain?”.

Paradigma yang ada pada penumpang saat itu kemudian membentuk sikap, dengan berusaha mengendalikan diri dan kemungkinan berfikir “yah, namanya juga anak-anak”. Tapi setelah beberapa waktu berlalu, seorang penumpang sepertinya sudah tidak tahan dengan kegaduhan yang diperbuat oleh anak-anak tersebut, dan seketika itu pula sikapnya berubah menjadi perilaku. Ia mendekati ayah anak-anak tersebut dan berkata, “Pak, bisakah anda mengendalikan andak-anak anda? mereka mengganggu penumpang yang lain”. Ayah sang Anak mengangkat kepalanya, seolah-olah baru sadar yang terjadi dan kemudian berkata dengan lirih, “Yah.., saya tidak tahu, saya hanya…, Kami baru dari rumah sakit. Ibu mereka meninggal satu jam yang lalu. Mereka mungkin tak tahu bagaimana menerima kenyataan ini…, dan jujur saja, saya juga tidak tahu…”.

Bayangkan pergeseran paradigma yang terjadi pada penumpang kereta tersebut, dan khususnya penumpang yang bertanya...? Bayangkan sikap dan perilaku yang akan diambil oleh penumpang tersebut berdasar pada paradima barunya..?
Bisakah kita lihat bahwa Paradigma jauh lebih penting dari sikap atau perilaku..? Dan tahukah anda bahwa apa yang kita bicarakan ini, dalam konteks personal dan interpersonal, juga berlaku bagi seluruh masyarakat kita..?

Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution menyatakan dengan tegas dan konsisten hal ini, “All the significant breakthroughs were break-withs old ways of thinking”. (Semua terobosan penting adalah pemutusan dari cara berfikir lama). Begitupula Einstein mengatakan, “The Significant problems we face, cannot be solved at the same level of thinking we were at when we created them” (Masalah penting yang kita hadapi, tak dapat dipecahkan pada tingkat berfikir yang sama dengan saat kita menciptakan masalahnya).

Jelas bahwa kita perlu bercermin dan introspeksi untuk menjelajahi paradigma kita. Banyak orang berfokus pada sikap dan perilaku, dan keduanya penting, tetapi yang jauh lebih mendasar dan lebih penting lagi adalah PARADIGMA.

Banyak orang yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya berupaya bekerja lebih keras, lebih giat, bangun lebih pagi, dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini tidak salah, tapi bagaimana jika hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan..? Kemungkinan kita perlu mengkaji kembali paradigma yang kita miliki mengenai hal tersebut.

Bisakah anda melihat bahwa ada siklus yang terjadi dalam hal ini. Paradigma membentuk sikap dan perilaku kita, Perilaku (tindakan) kita kemudian memberikan hasil. Dan jika Hasil yang kita peroleh bermanfaat atau positif tentunya akan memperkuat kembali paradigma yang kita miliki, namun jika hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita akan meragukan dan menpertanyakan paradigma kita sebelumnya.
Covey menyatakan bahwa, “Jika anda menginginkan perubahan/ perbaikan kecil, ubahlah sikap atau perilaku anda. Tapi jika anda menginginkan perubahan besar, menginginkan sebuah Quantum Leap, anda tidak cukup hanya dengan merubah perilaku, Anda harus merubah paradigma anda”.

Jika paradigma anda dalam bekerja keliru, sekuat apapun, sekeras apapun, sebanyak apapun waktu yang anda habiskan untuk bekerja tidak akan memberikan hasil yang memadai. Anda harus bisa merubah paradigma anda tentang pekerjaan anda. Dengan demikian anda akan melihat perubahan besar yang terjadi dalam pekerjaan anda tersebut. Hal ini juga berlaku dalam segala aspek kehidupan anda. Bahkan paradigma sangat mendasari manajemen dan kepemimpinan organisasi dewasa ini. “Leadership examines the paradigms, Management works through existing paradigms”. (Kepemimpinan Menguji paradigma--mempertanyakan dasar paradigmanya. Sementara Manajemen bekerja dengan paradigma yang ada).

Oleh karena itu, kita perlu mendapatkan pengertian yang tepat tentang realitas yang ada. Misalnya, jika “Peta” kita tentang bekerja telah akurat, apakah pekerjaan menjadi bermakna? Saat ini, tentu saja Iya. Kita perlu berusaha memahami prinsip untuk mengembangkan paradigma, peta dalam benak kita yang menggambarkan realitas, mencerminkan hakikat dari kenyataan yang obyektif dan faktual.

Terima Kasih. Mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan